Mungkin aku sudah terlalu banyak meminta
dan kali ini bukan permintaan terakhir..
Engkau mungkin akan bosan...
Tapi kepada siapa lagi aku harus meminta...
Mungkin aku sudah terlalu sering mengeluh
dan saat ini bukan keluhan yang terakhir
Engkau mungkin akan sumpek
Tapi kepada siapa lagi aku harus mengeluh...
Mungkin tak seharusnya aku berpikiran seperti ini
karena kata orang-orang pintar itu..
Engkau akan menjelma seperti apa yang aku pikirkan..
Jadi seharusnya aku berpikiran seperti ini...
Aku tidak boleh berhenti meminta...
karena Engkau Maha pemurah dan penyayang
Aku boleh saja terus mengeluh...
karena Engkau Maha mendengar lagi Maha mengetahui...
Tapi mengapa pikiran seperti itu selalu muncul..
bermain, menari dan melompat dalam pikiranku...
Wednesday, June 27, 2007
Tuesday, June 26, 2007
Terjebak...
Aku terjepit dalam satu liang kecil
terangkai dari isyarat thalamus-ku
menciptakan nausea terhadap sekitar-ku
apakah suatu waktu aku bisa melepaskan diri??
terangkai dari isyarat thalamus-ku
menciptakan nausea terhadap sekitar-ku
apakah suatu waktu aku bisa melepaskan diri??
Monday, June 04, 2007
Kala letih itu tiba...
"Ya Allah....
kepada-Mu aku adukan kelemahan diriku...
ketidak-berdayaanku...
dan kehinaanku di mata manusia.
Wahai yang Mahakasih dan Mahasayang...
wahai Tuhan orang-orang yang tertindas...
Kepada tangansiapa akan Kau serahkan daku?
Kepada orang jauh yang memperlakukanku dengan buruk?
Atau kepada musuh...
yang Kau berikan kepadanya kekuasaan untuk melawanku?
Semuanya aku tidak peduli...
asalkan Engkau tidak murka kepadaku...
Anugerah-Mu bagiku lebih agung dan lebih luas...
Aku berlindung pada cahaya ridha-Mu..
yang menyinari kegelapan...
Janganlah murka-Mu turun kepadaku..
Janganlah marah-Mu menimpaku...
Kecamlah daku sampai Engkau ridha...
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali melalui-Mu."
(Doa Nabi Muhammad SAW,ketika berlindung di kebun Utbah dengan kaki
berlumuran darah)
Disadur dari email Bang Nadir ke milis nu-brisbane (smoga gak ada yang keberatan)
kepada-Mu aku adukan kelemahan diriku...
ketidak-berdayaanku...
dan kehinaanku di mata manusia.
Wahai yang Mahakasih dan Mahasayang...
wahai Tuhan orang-orang yang tertindas...
Kepada tangansiapa akan Kau serahkan daku?
Kepada orang jauh yang memperlakukanku dengan buruk?
Atau kepada musuh...
yang Kau berikan kepadanya kekuasaan untuk melawanku?
Semuanya aku tidak peduli...
asalkan Engkau tidak murka kepadaku...
Anugerah-Mu bagiku lebih agung dan lebih luas...
Aku berlindung pada cahaya ridha-Mu..
yang menyinari kegelapan...
Janganlah murka-Mu turun kepadaku..
Janganlah marah-Mu menimpaku...
Kecamlah daku sampai Engkau ridha...
Tidak ada daya dan kekuatan kecuali melalui-Mu."
(Doa Nabi Muhammad SAW,ketika berlindung di kebun Utbah dengan kaki
berlumuran darah)
Disadur dari email Bang Nadir ke milis nu-brisbane (smoga gak ada yang keberatan)
Friday, May 18, 2007
Dan nikmat Tuhan-mu yang manakah yang akan kamu dustakan???
Pernahkah kau..
pada suatu waktu yang lapang
berbaring, merebahkan diri diatas hijaunya rumput
memejamkan mata dalam hitungan menit....
merelakan sinar matahari menyambangi lapisan kulitmu dengan mesra
membiarkan aroma segar rumput hijau menggerayangi hidungmu
merasakan sepoi hembusan angin..dingin..namun membisikkan kebebasan
Pernakah kau...
pada satu kesempatan....
merasaka lelah teramat sangat...
Lalu kau mencari tempat melepas penat
seketika kaupun tertidur...
entah karena kelelahan atau karena bahagia...
Kau merasakan...otot-otot mu perlahan mengendur...
pikiranmu mengawang lepas...menciptakan senyum tipis dibibirmu
Namun pernahkah kau berani bertanya...
atau setidaknya berfikir....
Siapa diatas segala maha nikmat ini???
bertanya...dan nikmat Tuhan-ku yang manakah yang akan aku dustakan???
pada suatu waktu yang lapang
berbaring, merebahkan diri diatas hijaunya rumput
memejamkan mata dalam hitungan menit....
merelakan sinar matahari menyambangi lapisan kulitmu dengan mesra
membiarkan aroma segar rumput hijau menggerayangi hidungmu
merasakan sepoi hembusan angin..dingin..namun membisikkan kebebasan
Pernakah kau...
pada satu kesempatan....
merasaka lelah teramat sangat...
Lalu kau mencari tempat melepas penat
seketika kaupun tertidur...
entah karena kelelahan atau karena bahagia...
Kau merasakan...otot-otot mu perlahan mengendur...
pikiranmu mengawang lepas...menciptakan senyum tipis dibibirmu
Namun pernahkah kau berani bertanya...
atau setidaknya berfikir....
Siapa diatas segala maha nikmat ini???
bertanya...dan nikmat Tuhan-ku yang manakah yang akan aku dustakan???
Saturday, April 28, 2007
Mutlak adanya...
Tuntun aku dalam mencari hikmah
dari setiap kejadian yang Kau tetapkan atas diriku
sebab aku tahu itu mutlak adanya
dan sebab aku tak kuat menanggung kegagalan
dan sebab aku tak mau putus asa dari rahmat-Mu
dan sebab aku malu hanya mengingatmu jika perlu
dan sebab aku tak kuat untuk tak berprasangka
dan sebab aku tak kuat menahan cemooh
dan sebab aku tak mau memaki
dan sebab aku tak tahu harus berbuat apa
dan sebab aku tahu Kau Maha Mengetahui
dari setiap kejadian yang Kau tetapkan atas diriku
sebab aku tahu itu mutlak adanya
dan sebab aku tak kuat menanggung kegagalan
dan sebab aku tak mau putus asa dari rahmat-Mu
dan sebab aku malu hanya mengingatmu jika perlu
dan sebab aku tak kuat untuk tak berprasangka
dan sebab aku tak kuat menahan cemooh
dan sebab aku tak mau memaki
dan sebab aku tak tahu harus berbuat apa
dan sebab aku tahu Kau Maha Mengetahui
Wednesday, April 25, 2007
Puisi diri
Rapat-rapat pucuk muda akasia
menari manja menggoda dan menggairahkan
dibelai semilir angin di penghujung musim gugur
Palung di dasar hati pintunya terbuka
menguak satu satu yang lama tak terjamahkan
rupa kenangan yang entah luhur entah terkubur
Dalam satu lingkaran mendamba pisah dan sua
pada raga tertanam lambaikan tangan
pada jiwa yang utuh tambatkan janur
Tepiskan jalan menghitung kelana
biarkan waktu bertaut disetiap penggalan
pancangkan rasa indra pada yang luhur
menari manja menggoda dan menggairahkan
dibelai semilir angin di penghujung musim gugur
Palung di dasar hati pintunya terbuka
menguak satu satu yang lama tak terjamahkan
rupa kenangan yang entah luhur entah terkubur
Dalam satu lingkaran mendamba pisah dan sua
pada raga tertanam lambaikan tangan
pada jiwa yang utuh tambatkan janur
Tepiskan jalan menghitung kelana
biarkan waktu bertaut disetiap penggalan
pancangkan rasa indra pada yang luhur
Monday, April 23, 2007
Antara aku dan sang mentari
Nimbous dan cumulus berbayang hitam
bergantung dilangit berarak seiring tiupan angin
satu gumpalannya berhenti tepat di depan jendela kamarku
menciptakan sekat antara aku dan sang mentari
tapi aneh...perpisahan yang menghadirkan keteduhan...
Cumulonimbous itu perlahan menjauh
dan sempurna menjauh dalam hitungan ke tiga degupan jantungku
menghadirkan dengan jelas garis merah jemari sang mentari
aku tak sanggup...
satu gumpalan lain datang teduh namun sinis...aku tidak peduli
Teduh-merah dan teduh bagiku hanya sepenggal bukti
tapi hikmahnya adalah garis hidup yang pasti..
sanggup atau tidak itu yang tak pasti...
bergantung dilangit berarak seiring tiupan angin
satu gumpalannya berhenti tepat di depan jendela kamarku
menciptakan sekat antara aku dan sang mentari
tapi aneh...perpisahan yang menghadirkan keteduhan...
Cumulonimbous itu perlahan menjauh
dan sempurna menjauh dalam hitungan ke tiga degupan jantungku
menghadirkan dengan jelas garis merah jemari sang mentari
aku tak sanggup...
satu gumpalan lain datang teduh namun sinis...aku tidak peduli
Teduh-merah dan teduh bagiku hanya sepenggal bukti
tapi hikmahnya adalah garis hidup yang pasti..
sanggup atau tidak itu yang tak pasti...
Sunday, April 22, 2007
Kemarau panjang di padang savana
Purnama ketiga dalam hitungan kabisat
rumput menguning, kering dan layu
hidup segan matipun enggan
penantian panjang satu savana pada kisaran ketiga
dari sang langit yang tak kunjung tiba
Beberapa elang hitam terbang merendah
semakin lama semakin rendah dan mendekat
lalu merapat di atas padang savana..merayu dan menggoda
berikan aku satu bangkai dari kemarau ini..pinta elang-elang
lalu bangkai itu muncul satu persatu, semakin lama semakin banyak...
Senandung kemarau panjang mendayu di atas padang savana
seolah ratapan terhadap takdir yang tak habis-habisnya
elang-elang itu menetap dan bangkai-bangkai semakin menumpuk...
rumput menguning, kering dan layu
hidup segan matipun enggan
penantian panjang satu savana pada kisaran ketiga
dari sang langit yang tak kunjung tiba
Beberapa elang hitam terbang merendah
semakin lama semakin rendah dan mendekat
lalu merapat di atas padang savana..merayu dan menggoda
berikan aku satu bangkai dari kemarau ini..pinta elang-elang
lalu bangkai itu muncul satu persatu, semakin lama semakin banyak...
Senandung kemarau panjang mendayu di atas padang savana
seolah ratapan terhadap takdir yang tak habis-habisnya
elang-elang itu menetap dan bangkai-bangkai semakin menumpuk...
Monday, April 16, 2007
Doaku di atas kerikil
Hari ini kembali aku berlutut...
Kusanggah kepalaku dengan kedua tanganku...
(tangan yang kulitnya sudah mulai keriput..)
Kedua kakiku terlipat tak rapi
Dengan lutut bersandar pada kerikil kecil nan tajam...
(nyeri..tapi aku tak peduliii...)
aku mengemis pada Sang pencipta kehidupan
aku berada disimpang kebimbangan....
Tunjukkan aku jalanMu...aku berbisik
aku tahu aku tidak suci seperti mereka,
tapi aku juga tahu Kau adalah Dzat
yang mencipta dengan lautan cinta di atas cinta
Kau adalah satu tempatku bermohon yang teramat kupercaya...
mulutku tak berhenti bergerak
airmataku jatuh, badanku bergetar...
aku terseok menyusuri jalan panjang...aku mengeluh
menggendong segala keburukanku, angkaraku dan bangkai-bangkai busuk itu..
menuju satu titik yang aku tak tahu kapan saatnya aku tiba
Lagi, aku berada disimpang kebimbangan,
Tunjukkan aku jalanMu...
Tiada daya dan upayaku
melaikan atas segala kehendakMu....kembali aku merintih
St Lucia,
Aku juga berhak atas rindu kepadaMu
Kusanggah kepalaku dengan kedua tanganku...
(tangan yang kulitnya sudah mulai keriput..)
Kedua kakiku terlipat tak rapi
Dengan lutut bersandar pada kerikil kecil nan tajam...
(nyeri..tapi aku tak peduliii...)
aku mengemis pada Sang pencipta kehidupan
aku berada disimpang kebimbangan....
Tunjukkan aku jalanMu...aku berbisik
aku tahu aku tidak suci seperti mereka,
tapi aku juga tahu Kau adalah Dzat
yang mencipta dengan lautan cinta di atas cinta
Kau adalah satu tempatku bermohon yang teramat kupercaya...
mulutku tak berhenti bergerak
airmataku jatuh, badanku bergetar...
aku terseok menyusuri jalan panjang...aku mengeluh
menggendong segala keburukanku, angkaraku dan bangkai-bangkai busuk itu..
menuju satu titik yang aku tak tahu kapan saatnya aku tiba
Lagi, aku berada disimpang kebimbangan,
Tunjukkan aku jalanMu...
Tiada daya dan upayaku
melaikan atas segala kehendakMu....kembali aku merintih
St Lucia,
Aku juga berhak atas rindu kepadaMu
Saturday, April 14, 2007
Kala hatiku berduka
Kupandangi dia menjauh
Pergi membawa hatinya berlari...
Dadaku penuh, sesak dan tertahan
Dia pergi...
Kupandangi jemari kakiku, kulitku dan garis tanganku...
Mencoba menelanjangi takdir hidupku...
Kemarin..dia, dia, dia dan dia yang lain pergi
Entah esok dia siapa yang akan pergi lagi
St Lucia, kota dimana aku belajar menapak di atas kakiku sendiri
Pergi membawa hatinya berlari...
Dadaku penuh, sesak dan tertahan
Dia pergi...
Kupandangi jemari kakiku, kulitku dan garis tanganku...
Mencoba menelanjangi takdir hidupku...
Kemarin..dia, dia, dia dan dia yang lain pergi
Entah esok dia siapa yang akan pergi lagi
St Lucia, kota dimana aku belajar menapak di atas kakiku sendiri
Friday, April 06, 2007
Suatu sore di St Lucia
Sore mendung bergayut di kaki langit St Lucia
Hembusan angin menggoyang daun barisan Cakaranda
Membelai, menggeliat dan memuja..seakan berucap
selamat datang musim dingin
Seorang wanita diam terduduk dan menunduk
Matanya menutup, kaki tertekuk dan tubuh yang kaku
Sekejap orang memandang dia seakan tak bernyawa
Hembusan angin menggoyang lagi...
Dingin..
Tapi hatinya lebih dingin...
Satu satu air mata menyeruak dari ujung matanya yang tertutup
Lalu jatuh
Seluruh hatinya terkoyak, jiwanya garing, bathinnya sekarat
Ketegaran dan kekerasan hatinya yang mampu membuatnya tegak
Luluh lantak...berkeping dan hilang bak debu tertiup angin
Kesombongannya menjadi sia-sia
Hembusan angin menggoyang lagi..tapi kali ini lebih dingin...
Air yang jatuh dari sudut matanya semakin tak terbendung
Badannya dingin, pundaknya bergetar hebat...
Ahhh... dia merindu..,dia tersiksa..diaaaa ...
Hembusan musim dingin St Lucia dan geliat manja daun Cakaranda
Tidak mampu menebus hatinya yang merindu
Satu tubuh kecil yang sudah meraup cintanya....
Terbaring lemah tak berdaya tanpa dekapannya...nun jauh di sana
St Lucia, 6th Of March 2007 : 6 pm
buat Afi kecilku..semoga cepat sembuh
Hembusan angin menggoyang daun barisan Cakaranda
Membelai, menggeliat dan memuja..seakan berucap
selamat datang musim dingin
Seorang wanita diam terduduk dan menunduk
Matanya menutup, kaki tertekuk dan tubuh yang kaku
Sekejap orang memandang dia seakan tak bernyawa
Hembusan angin menggoyang lagi...
Dingin..
Tapi hatinya lebih dingin...
Satu satu air mata menyeruak dari ujung matanya yang tertutup
Lalu jatuh
Seluruh hatinya terkoyak, jiwanya garing, bathinnya sekarat
Ketegaran dan kekerasan hatinya yang mampu membuatnya tegak
Luluh lantak...berkeping dan hilang bak debu tertiup angin
Kesombongannya menjadi sia-sia
Hembusan angin menggoyang lagi..tapi kali ini lebih dingin...
Air yang jatuh dari sudut matanya semakin tak terbendung
Badannya dingin, pundaknya bergetar hebat...
Ahhh... dia merindu..,dia tersiksa..diaaaa ...
Hembusan musim dingin St Lucia dan geliat manja daun Cakaranda
Tidak mampu menebus hatinya yang merindu
Satu tubuh kecil yang sudah meraup cintanya....
Terbaring lemah tak berdaya tanpa dekapannya...nun jauh di sana
St Lucia, 6th Of March 2007 : 6 pm
buat Afi kecilku..semoga cepat sembuh
Subscribe to:
Posts (Atom)